BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Tujuan
pendidikan matematika sekolah dasar
sampai sekolah menengah adalah untuk menyiapkan siswa untuk siap menghadapi
tantangan kehidupan yang selalu berkembang, melalui latihan bertindak atas dasar
pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efesien, dan efektif
(Puskur, 2002). Disamping itu siswa diharapkan dapat menggunakan pola pikir
matematis dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka memiliki penalaran yang
kuat serta kerampil dalam penerapan matematika.
Matematika merupakan ilmu yang dijadikan dasar bagi ilmu pengetahuan
lainnya, karena dalam ilmu matematika terdapat kemampuan berhitung, berlogika,
dan berpikir. Ciri utama matematika adalah penalaran deduktif, yaitu kebenaran
suatu konsep atau pernyataan merupakan akibat logis dari kebenaran sebelumnya
sehingga kaitan antar konsep atau pernyataandalam matematika bersifat
konsisten.
Begitu
pengtingnya matematika sehingga usaha untuk meningkatkan pemahaman mengenai
matematika terus ditingkatkan dari sekolah dasar sampai sekolah menengah oleh
para guru matematika. Tapi, pada kenyataan lapangan pemahaman siswa mengenai
matematika dan pengaplikasiannya sangat rendah. Rendahnya hasil belajar siswa
bukan berarti menunjukkan bahwa tingkat kemampuan siswa yang rendah. Tapi banyak
faktor lain yang dapat menjadi penyebabnya, antara lain kurikulum, cara
mengajar dan strategi mengajar.
Kenyataan
bahwa hasil belajar matematika siswa rendah, mengharuskan guru untuk mengkaji
ulang baik segi mengajarnya, metode yang diterapkan atau materi yang
diajarkannya. Pada proses belajar mengajar yang banyak digunakan para guru saat
ini misalnya, guru masih banyak memberikan soal latihan atau soal sehari-hari
yang memiliki proses penyelesaian yang dinamis atau tunggal sehingga prosesnya
selalu diulang dan dihafal. Kegiatan itu memang memadai dalam proses belajar
mengajar tetapi akan lebih efektif apabila dalam pembelajaran lebih ditekankan
relevansinya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga pembelajaran matematika
lebih bermakna dan lebih dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari oleh
siswa. Selain itu, upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa adalah
keinginan dan kesenangan siswa dalam belajar matematika. Proses pembelajaran
matematika perlu memperhatikan kenyamanan dan perasaan menyenangkan bagi siswa.
Hal ini dapat dilakukan dengan cara memperlihatkan sikap ramah guru dalam
menanggapi kesalahan siswa, hindari sifat guru yang menyeramkan (tidak
bersahabat), mengusahakan agar siswa bersikap terbuka. Sehingga dengan adanya
keinginan dan kesenangan siswa terhadap matematika ini diharapkan muncul
kecenderungan sikap positif terhadap matematika.
Menyikapi
permasalahan yang timbul dalam pendidikan matematika disekolah, timbul
pertanyaan pendekatan yang bagaimanakah yang dapat mengakomodasi peningkatan
kemanpuan berpikir kritis dan motivasi belajar siswa terhadap matematika? Pendekatan
open-ended merupakan salah satu upaya
inovasi pendidikan matematika yang
pertama kali yang dilakukan oleh para peneliti pendidikan jepang. Pendekatan
ini lahir sekitar 20 tahun yang lalu dari hasil penelitian yang dilakukan
Shigeru Shimada , Yoshiko Yasimako, dan Kenichi Shibuya (Nohda, 2000).
Seperti
diketahui bahwa masalah rutin yang biasa diberikan pada siswa sebagai latihan
atau tugas selalu berorientasi pada tujuan akhir, yaitu jawaban yang benar.
Akibatnya proses atau prosedur yang telah dilakukan oleh siswa yang telah
menyelesaikan soal tersebut kurang atau itdak dapat perhatian oleh guru.
Anthoni (1996) mengemukakan bahwa pemberian tugas rutin yang diberikan berupa
latihan-latihan atau tugas matematika selalu fokus pada prosedur dan keakuratan,
jarang sekali tugas matematika yang terintegrasi dengan konsep lain dan juga
jarang memuat soal yang memerlukan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Akibatnya
saat siswa dihadapkan pada soal yang sulit dan membutuhkan kemampuan berpikir
tingkat tinggi auat jawabannya tidak dapat langsung diperoleh, maka siswa
cenderung malas mengerjakannya, dan akhirnya dia akan menegosiasi tugas
tersebut dengan gurunya.
Pendapat
senada juga dikemukakan oleh Rif’at (2001: 25) yang menyatakan bahwa
pembelajaran melalui tugas rutinterkesan untung-untungan. Dugaan bahwa pembelajaran ingat atau lupa
akan suatu rumus tidak dapat dipertahankan. Siswa berkecenderungan berpikir
pasif, tidak dapat berpikir terstruktur, dan pembelajaran menjadi tidak atau
kurang bermakna. Padahal, pemahaman akan struktur masalah merupakan pemikiran
produktif. Proses-proses yang dilakukan siswa dalam memilih, mengatr dan
mengintegrasikan pengetahuan baru, perilaku dan buah pemikirannya akan
mempengaruhi keadaan motivasi dan sikapnya dan pada akhirnya akan berhubungan
dengan strategi belajarnya (Weinsten & Mayer dalam Anthoni, 1996).
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan pemasalahan penelitian
diatas, maka masalah pada penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.
Apakah
peningkatan berpikir kritis siswa yang menggunakan soal open ended lebih baik
dari pada siswa yang menggunakan soal sehari-hari (biasa)?
2.
Bagaimana
motivasi siswa yang menggunakan penyelesaian soal open-ended?
1.3 BATASAN MASALAH
1.
Subjek peneliti
adalah siswa kelas X SMA Negeri 2 Palangka Raya.
2.
Pokok bahasan yang dipilih dalam penelitian
adalah trigonomatri.
3.
Pendekatan yang
digunakan dalam penelitian adalah pendekatan open-ended.
1.4 TUJUAN PENELITIAN
Tujuan
yang akan dicapai dari penelitian ini adalah:
1.
Mendapatkan
gambaran mengenai peningkatan berpikir kritis matematika siswa yang mendapat
pendekatan open-ended .
2.
Mendapatkan
gambaran mengenai motivasi belajar siswa yang mendapatkan pendekatan open
ended.
1.5 MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat baik secara raktis maupun teoritis.
1.
Manfaat Praktis.
Meningkatkan keterampilan berpikir
kritis matematika dan motivasi siswa sehingga berpengaruh positif pada hasil
belajar siswa. Khususnya pada pelajaran matematika sehingga prestasi belajar
siswa dapat ditingkatkan.
2.
Manfaat
Teoritis.
Hasil penelitian ini dapat dijadikan
bahan kajian dalam upaya mendalami proses balejar mengajar. Selanjutnya temuan
penelitian ini dapat member masukan kepada sekolah berkenaan penggunaan soal
open-ended.
BAB II
KAJIAN
PUSTAKA
2.1 Pendekatan
Open- Ended
Pendekatan
open ended berasal dari jepang pada tahun
1970’an. Pendekatan open-ended adalah pendekatan pembelajaran yang menyajikan
suatu permasalahan yang memiliki metode atau penyelesaian yang lebih dari satu.
Pada pendekata open-ended masalah yang diberikan adalah masalah yang bersifat
terbuka, dasar keterbukaan masalah diklasifikasikan kedalam tiga tipe, yakni:
1)
Prosesnya
terbuka, maksudnya masalah itu memiliki banyak penyelesaian yang benar.
2)
Hasilnya
terbuka, maksudnya masalah itu memiliki banyak jawaban yang benar.
3)
Cara
pengembangan selanjutnya terbuka, maksudnya ketika siswa telah selesai
menyelesaikan masalah, mereka dapat mengembagkan masalah baru yaitu dengan cara
mengubah kondisi masalah sebelumya.
Pendekatan
open eded ini dihadapkan kepada siswa yang tujuan utamanya bukan orientasi pada
jawaban akhir tapi lebih ditekankan pada cara atau proses dalam memperoleh
jawaban yang benar, sehingga mengundang potensi intelektual dan pengalaman
siswa dalam proses menemukan sesuatu yang baru.
Pembelajaran dengan pendekatan Open-Ended
diawali dengan memberikan masalah terbuka kepada siswa. Kegiatan pembelajaran
harus mengarah dan membawa siswa dalam menjawab masalah dengan banyak cara
serta mungkin juga dengan banyak jawaban (yang benar), sehingga merangsang
kemampuan intelektual dan pengalaman siswa dalam proses menemukan sesuatu yang
baru.
Tujuan dari pembelajaran Open-Ended problem menurut
Nohda (Suherman, dkk, 2003; 124) ialah untuk membantu mengembangkan kegiatan
kreatif dan pola pikir matematik siswa melalui problem posing secara
simultan. Dengan kata lain, kegiatan kreatif dan pola pikir matematik siswa
harus dikembangkan semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan setiap siswa.
Pendekatan Open-Ended menjanjikan kepada suatu
kesempatan kepada siswa untuk meginvestigasi berbagai strategi dan cara yang
diyakininya sesuai dengan kemampuan mengelaborasi permasalahan. Tujuannya tiada
lain adalah agar kemampuan berpikir matematika siswa dapat berkembang secara
maksimal dan pada saat yang sama kegiatan-kegiatan kreatif dari setiap siswa
terkomunikasi melalui proses pembelajaran. Inilah yang menjadi pokok pikiran
pembelajaran dengan Open-Ended, yaitu pembelajaran yang membangun
kegiatan interaktif antara matematika dan siswa sehingga mengundang siswa untuk
menjawab permasalahan melalui berbagai strategi.
Dalam pembelajaran dengan pendekatan Open-Ended,
siswa diharapkan bukan hanya mendapatkan jawaban tetapi lebih menekankan pada
proses pencarian suatu jawaban.
Contoh 1 soal
trigonometri dengan pendekatan open-ended :
Nilai dari
sin 120
adalah…..
Penyelesaian
:
Cara 1: Cara
2:
Sin 120
= Sin (90 + 30)
Sin
120
= Sin (180 -
60)
= cos 30
= sin 60
=
=
Contoh 2:
Sebuah
segitiga sama sisi memiliki panjang sisi 12cm. Tentukan luas segitiga tersebut.
Penyelesaian:
12cm
|
12cm
|
12cm
|
luas =
=
A
|
C
|
B
|
12cm
|
12cm
|
12cm
|
Luas =
Luas =
Keunggulan dan Kelemahan Pendekatan Open-Ended
Keunggulan Pendekatan Open-Ended
Pendekatan Open-Ended ini menurut Suherman, dkk (2003:132) memiliki
beberapa keunggulan antara lain:
a.
Siswa berpartisipasi lebih aktif dalam pembelajaran dan
sering mengekspresika
idenya.
b.
Siswa memiliki kesempatan lebih banyak dalam memanfaatkan
pengetahuan dan
keterampilan matematik secara komprehensif.
c.
Siswa dengan kemapuan matematika rendah dapat merespon
permasalahan dengan cara mereka sendiri.
d.
Siswa secara intrinsik termotivasi untuk memberikan bukti
atau penjelasan.
e.
Siswa memiliki pengelaman banyak untuk menemukan sesuatu
dalam menjawab.
Kelemahan Pendekatan Open-Ended
Disamping keunggulan, menurut Suherman, dkk (2003;133) terdapat pula kelemahan
dari pendekatan Open-Ended, diantaranya:
a.
Membuat dan menyiapkan masalah matematika yang bermakna bagi
siswa
bukanlah pekerjaan mudah.
b.
Mengemukakan masalah yang langsung dapat dipahami siswa
sangat sulit
sehingga banyak siswa yang mengalami kesulitan bagaimana
merespon permasalahan yang diberikan.
c.
Siswa dengan kemampuan tinggi bisa merasa ragu atau
mencemaskan jawaban
mereka.
d.
Mungkin ada sebagaian siswa yang merasa bahwa kegiatan
belajar mereka mereka tidak menyenangkan karena kesulitan yang mereka hadapi.
2.2 Penguasaan
Materi Trigonometri
A. Pengertian
Penguasaan
adalah proses, cara,
perbuatan menguasai atau menguasakan. Konsep adalah
rancangan, ide atau
pengertian yang diabstrakkan dari
peristiwa konkret. Konsep dalam matematika adalah ide abstrak yang
memungkinkan kita untuk
mengelompokkan atau
mengklasifikasikan objek atau
kejadian. Konsep sebagai
gagasan yang bersifat abstrak,
dipahami oleh peserta
didik melalui beberapa pengalaman. Penguasaan
konsep bukanlah sesuatu
yang mudah tetapi
tumbuh setahap
demi setahap dan
semakin lama semakin dalam.
Suatu konsep biasa dibatasi
dalam suatu ungkapan
yang disebut definisi.
Trigonometri
adalah bagian dari
ilmu matematika yang mempelajari relasi antara sudut dan sisi sebuah segitiga. Trigonometri merupakan salah satu materi matematika yang
diajarkan SMA atau MA.
B. Penguasaan Materi
Secara asal kata, penguasaan adalah perbuatan (hal
atau sebagainya) menguasai atau menguasakan. Sedangkan materi adalah suatu
bahan berpikir, berunding, mengarang dan sebagainya. Penguasaan materi
merupakan pencapaian taraf penguasaan minimal dimana materi utuk setiap unit
bahan pembelajaran. Bila memungkinkan siswa dapat diberi program pengayaan baik
secara horizontal maupun vertical tentang materi yang dipelajarinya. Kognitif
berasal dari kata “cognition” yang berarti mengetahui. Dalam arti yang luas,
kognitif adalah perolehan, penataan dan pengguaan pengetahuan.
Dari pegertian diatas dapat dipahami bahwa peguasaan materi adalah hasil
atau kemampuan yang dicapai siswa pada sejumlah pelajaran setelah melakukan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan. Sedangkan hasil pembelajaran siswa itu
nantinya akan dinyatakan dalam bentuk perubahan tingkah laku baik dalam
lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
C. Materi Trigonometri
a).
Besar Sudut dan Perbandingan trigonometri.
Satuan
yang sering digunakan untuk mengukur besar sudut yaitu derajat (
) dan radian
(rad). Hubungan antara derajat dan radian sebagai berikut.
1
1
rad
Dalam
trigonometri dipelajari perbandingan- perbandingan unsur- unsur segitiga,
termasuk panjang sisi dan besar sudutnya.
1.
Perbandingan
Trigonometri Segitiga Siku-Siku.
Sin
a
=
Tan a
=
Sec a
=
Cos
a
=
Cotan a
=
Cosec a
=
Ket: y = sisi di depan sudut.
x = sisi di sampingsudut.
r = sisi miring (hipotenusa).
2.
Perbandingan Trigonometri Sudut Istimewa.
3.
Perbandingan
Trigonometri Sudut di Setiap Kuadrat
Berdasarkan
sudut satu putaran adalah dari 0
sampai dengan 360
. Bidag cartesius
terbagi menjadi empat daerah sebagai berikut.
Kuadran
I = 0
Kuadran
II = 90
Kuadran
III = 180
Kuadran
IV = 270
4.
Perbandingan
Trigonometri Sudut Berelasi.
Sin
(
Sin
(
.
Cos
(
Cos (
.
Tan
(
Tan (
.
Sin (
.
Cos (
.
Tan (
.
Sin (
. atau
sin(-a)
= - sin a
Tan (
. cos(-a)
= cos a
Cos (
. tan(-a)
= - tan a
Sin (
.
Cos (
.
Tan (
.
b).
Fungsi, Persamaan, dan Identitas Trigonometri.
Fungsi trigonometri memetakkan ukuran besar sudut
kepada nilai tertentu.
Fungsi
dirumuskan dengan
dan persamaan fungsinya
Grafik
1)
Nilai maksimum
dan minimum.
Nilai
maksimum = a.
Nilai
minimum = -a.
2)
Amplitudo.
Amplitudo
(A) =
(nilai maksimum – nilai minimum).
3)
Periode.
Periode
fungsi
adalah 360
, artinya untuk
setiap interval skala 360
pada sumbu x, grafik fungsi
adalah 360
.
grafik
fungsi
adalah 180
.
Pada
grafik fungsi
,
K
=
.
Berdasarkan
perbandingan trigonometri, diperoleh identitas trigonometri sebagai berikut.
c).
Aturan Sinus, Aturan Kosinus, dan Luas Segitiga.
1.
Aturan Sinus.
Aturan
sinus berlaku pada setiap segitiga. Aturan sinus digunakan untuk menentukan
unsur-unsur (sisi atau sudut) yang lain dalam segitiga apabila sebagian unsur
diketahui. Kemungkinan unsur-unsur yang diketahui yaitu:
a.
Sisi, sudut,
sisi.
b.
Sudut, sisi,
sudut.
c.
Sisi, sisi, sudut.
2.
Aturan Cosinus.
Seperti
aturan sinus, aturan kosinus juga berlaku pasa setiap segitiga. Aturan kosinus
digunakan untuk menentukan unsur-unsur segitiga (sisi atau sudut) jika
diketahui:
a.
Sisi, sudut,
sisi.
b.
Sisi, sisi, sisi.
3.
Luas Segitiga.
a.
Menentukan luas
segitiga yang diketahui dua sisi dan satu sudut.
Jika
pada segitiga ABC diketahui panjang dua sisi dan besar sudut yang diapit kedua
sisi tersebut.
Luas
ABC =
Luas
ABC =
Luas
ABC =
b.
Menentukan luas
segitiga yang diketahui dua sudut dan satu sisi.
Jika
pada segitiga ABC diketahui besar dua sudut dan panjang satu sisi sekutu kedua
sudut itu.
Luas
ABC =
Luas
ABC =
Luas
ABC =
c.
Menentukan luas
segitiga yang diketahui panjang ketiga sisinya.
Jika
pada segitiga ABC diketahui ketiga sisinya.
Luas
ABC =
dengan
s
=
=
2.3 Kerangka
Berpikir.
Matematika
adalah salah satu
disiplin ilmu yang materinya tersusun secara hierarki
dan sistematis serta
penalarannya bersifat deduktif. Artinya suatu materi
matematika tertentu dapat
dipahami apabila materi
lain yang menjadi prasyarat
dari materi tersebut
telah dikuasai atau
telah dipahami. Dalam hal
yang lebih khusus
misalnya seorang peserta
didik dapat memahami dan
menguasai materi trigonometeri dengan baik apabila telah memahami dan menguasai materi sudut dan segitiga.
Hal ini
karena salah satu materi
prasyarat sebelum belajar trigonometri adalah peserta didik harus memahami dan menguasai materi bangun datar segitiga. Ini
disebabkan karena trigonometri merupakan
ilmu matematika terdiri dari materi sudut dan segitiga. Jadi
seorang peserta didik
yang telah memahami dan menguasai
materi sudut dan segitiga dapat
pula memahami dan
menguasai dengan baik materi trigonometri.
Pendekatan
open-ended
|
Penguasaan materi
trigonometri
|
Gambar 1. Hubungan antara variable x dan y
2.4 Penelitian
yang Relevan.
Beberapa penelitian yang relevan tentang pembelajaran
meggunakan pendekatan open ended yang sesuai dengan penelitian ini antara lain:
1.
Berdasarkan
hasil penelitian Aprianti Panca Putri, diperoleh kesimpulan bahwa pendekatan
open-ended dan kreatifitas belajar siswa berpengaruh terhadap prestasi belajar
siswa sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar matematika pada pokok
bahasan pecahan.
2.
Berdasarkan
hasil penelitian Fika Purwidiana, diperoleh kesimpulan bahwa Pembelajaran open-ended
dapat dijadikan alternatif bagi guru untuk diterapkan dalam pembelajaran
matematika di kelas
karena dapat memotivasi
siswa untuk lebih
aktif dan kreatif dalam belajar matematika.
3.
Berdasarkan
hasil penelitian Elih Sholihat, diperoleh kesimpulan bahwa terdapat perbedaan
antara rata-rata hasil
tes kemampuan berpikir kreatif
matematik siswa yang diajarkan menggunakan pendekatan open-ended dengan
rata-rata hasil tes
kemampuan berpikir kreatif
matematik siswa yang diajar
menggunakan pendekatan konvensional.
BAB III
METODE
PENELITIAN
3.1
Jenis Penelitian
Pada penelitian ini peneliti menggunakan
penelitian tindakan kelas, yaitu sebuah
penelitian yang dilakukan oleh guru dikelas sendiri dengan jalan merancang,
melaksanakan dan merekflesikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif
dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru sehingga hasil belajar
siswa dapat meningkat. PTK memiliki karakteristik sebagai berikut:
1)
Masalah berawal dari guru.
2)
Tujuannya memperbaiki pelajaran.
3)
Metode utamanya adalah refleksi diri dengan tetap mengikuti kaidah- kaidah
penelitian.
4)
Fokus penelitian berupa kegiatan pembelajaran.
5)
Guru bertindak sebagai pengajar dan peneliti.
3.1.1 Perencanaan Tindakan
Dalam tahap ini peneliti menyusun
rencana pembelajaran (RP) dan lembar kerja siswa (LKS), mempersiapkan alat
bantu, menyusun lembar observasi aktifitas guru dan lembar observasi aktifitas
siswa, menetapkan pembagian kelompok belajar siswa, menyusun tes hasil belajar
untuk mengetahui hasil belajar siswa pada aktivitas siklus dan menyusun lembar
angket respon.
Perencanaan
|
Pelaksanaan
|
Refleksi
|
Siklus
I
|
Pelaksanaan
|
Observasi
|
Refleksi
|
Siklus
III
|
Pelaksanaan
|
Observasi
|
Refleksi
|
Siklus
II
|
Observasi
|
Perbaikan perencanaan
|
Perbaikan perencanaan
|
Gambar
2. model penelitian tindakan kelas
3.1.2
Pelaksanaan Tindakan
Melakukan pembelajaran dikelas
sesuai dengan rencana pembelajaran(RP) yang telah disusun.
3.1.3
Pengamatan
Pengamatan (observasi) terhadap
aktivitas guru dan siswa dilakukan oleh dua orang pengamat (observer) dengan
cara mengamati dan mencatat segala aktivitas guru dan siswa selama proses
pembelajaran. Pencatatan dilakukan pada lembar observasi aktivitas guru dan
lembar observasi aktivitas siswa yang telah dipersiapkan sebelumnya.
3.1.4
Refleksi
Berdasarkan aktivitas guru dan siswa dan
hasil belajar siswa peneliti mengidentifikasi berbagai permasalahan atau
kekurangan selama tindakan itu dilakukan, kemudian menentukan solusinya dengan
cara berdiskusi dengan observer. Hasil refleksi ini digunakan sebagai dasar
untuk melakukan perbaikan dan melakukan tindakan pada siklus selanjutnya.
Penelitian ini dilakukan dengan 3 siklus
dengan sub pokok bahasan yang berbeda tiap siklusnya, serta diawali dengan
kegiatan prasiklus.
Prasiklus
, dilakukan dalam 1 pertemuan
Pada tahap prasiklus, peneliti memberi
tes prasyarat yaitu guru mengetahui penguasaan siswa terhadap materi-materi
yang menjadi prasyarat dari pokok
bahasan trigonometri, yaitu
besar sudut dan perbandingan trigonometri, fungsi, persamaan dan identitas
trigonometri serta aturan sinus, aturan cosinus dan luas segitiga. Hasil dari
tes prasyarat juga menjadi acuan peneliti untuk menyusun rencana pembelajaran
(RP) dan pembentukan kelompok belajar siswa.
Peneliti juga menggunakan kesempatan ini
untuk berkenalan dan membina hubungan dengan siswa. Hal-hal yang dilakukan
setiap siklusnya adalah:
1. Perencanaan
tindakan
Menyusun rencana pembelajaran (RP),
mempersiapkan bahan ajar, lembar observasi aktivitas guru dan lembar observasi
aktivitas siswa. Peneliti juga menetapkan pembagian kelompok belajar siswa,
serta mempersiapkan soal post tes 1 untuk mengetahui hasil belajar siswa pada
sub pokok bahasan besar sudut dan perbandingan trigonometri.
2. Pelaksanaan
Tindakan
Peneliti melaksanakan penerapan pembelajaran open-ended pada sub pokok
bahasan besar sudut dan perbandingan trigonometri sesuai dengan rencana
pembelajaran (RP) yang telah disusun sebelumnya.
3. Pengamatan
Pada tahap pengamatan, dua orang
observer mengamati dan mencatat segala aktivitas guru dan siswa yang muncul
selama penerapan pembelajaran open-ended berlangsung, dengan mengisi lembar
observasi aktifitas guru dan lembar observasi aktifitas siswa yang telah disusun oleh peneliti.
4. Refleksi
Pada tahap ini peneliti menganalisis
seluruh tindakan yang telah dilakukan sebagai acuan penyusunan laporan hasil
penelitian.
3.2
subjek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas X
-6 semester dua SMA 2 Palangka Raya sebanyak
30 orang. Subyek penelitian ini dipilih karena siswa dikelas ini memiliki
tingkat kemampuan yang beragam mulai dari kemampuan tinggi, sedang dan rendah.
3.3
Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang diperoleh dari
peneliti ini dilakukan melalui pengamatan (observasi), tes hasil belajar, dan
pengisian angket.
1. Pengamatan
(observasi).
“observasi ialah metode atau cara-cara menganalisis
dan mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan cara
melihat atau mengamati individu atau kelompok secara langsung. Cara atau metode
tersebut pada umumnya ditandai oleh pengamatan tentang apa yang benar-benar
dilakukan oleh individu, dan membuat pencatatan –pencatatan secara objektif
mengenai apa yang diamati. Cara atau metode tersebut juga dapat dilakukan
dengan menggunakan teknik dan alat-alat khusus seperti blangko-blangko, ceklis,
atau daftar isian yang telah dipersiapkan sebelumnya (purwanto, 2006: 149)”.
Observasi dilakukan untuk mengetahui
aktivitas guru dan siswa selama penerapan open-ended pada pembelajaran
trigonometri berlangsung. Observasi ini dilakukan oleh dua orang mahasiswa
program studi pendidikan matematika FKIP UNPAR dengan memilih jawaban yang
tersedia yaitu “ya” atau “tidak”. Dan jika diperlukan menambahkan catatan pada lembar
observasi yang telah disiapkan.
2. Tes
Hasil Belajar.
Tes hasil belajar terdiri dari tes
prasyarat yang diberikan pada tahap prasiklus. Post test dilakukan untuk
mengetahui hasil belajar siswa pada setiap tindakan dan sebagai acuan untuk
melakukan tindakan selanjutnya. Sedangkan tes akhir dilakukan untuk mengetahui
gambaran menyeluruh mengenai hasil belajar siswa setelah seluruh pembelajaran
trigonometri dilakukan.
Adapun langkah – langkah yang dilakukan
dalam penyusunan butir soal adalah sebagai berikut:
a. Penyusunan
kisi-kisi butir soal yang mengacu pada kurikulum tingkat pendidikan (KTSP) 2006
matematika.
b. Menyusun
butir soal tes dan pedoman penskoran.
c. Menganalisis
validitas butis soal dengan bantuan reter.
Ciri tes hasil belajar yang baik adalah
valid. Suatu tes dikatakan valid apabila tes tersebut dengan secara tepat dapat
mengukur apa yang seharusnya diukur.
3. Pengisian
Angket.
Pengisian angket digunakan untuk
mengetahui respon siswa terhadap penerapan (pembelajaran open-ended) dan apakah
siswa mengalami kesulitan saat belajar dengan pendekatan open-ended. Pilihan
jawaban angket hanya terdiri dari dua pilihan yaitu “ya” dan “tidak”.
3.4 Teknik
Menganalisis Data
3.4.1
Data Kualitatif
Data
kualitatif berupa hasil observasi aktivitas guru dan siswa yang terkumpul dan
selanjutnya dianalisis dengan mereduksi data, penyajian data, penyimpulan data,
dan memverifikasi data.
1. Mereduksi
data.
Mereduksi data merupakan kegiatan
seleksi penyederhanaan semua data hasil observasi tentang aktivitas guru dan
siswa selama proses pembelajaran. Reduksi data dilakukan mulai dari awal
pengumpulan data hingga penyusunan laporan penelitian agar memperoleh
kesimpulan yang akurat.
2. Penyajian
Data.
Penyajian
data dilakukan dengan kegiatan mengorganisasikan data yang diperoleh dari hasil
reduksi dalam bentuk naratif sehinggga memberikan kemungkinan untuk penarikan
kesimpulan pengambilan data.
3. Penyimpulan
Data dan Memverifikasi Data
Penyimpulan data dilakukan dengan
kegiatan memberi kesimpulan terhadap penafsiran dan evaluasi. Memverifikasi
hasil kesimpulan merupakan kegiatan menguji kebenaran, kekokohan dan kecocokan
makna-makna yang muncul dari data.
3.4.2 Data Kuantitatif
Adalah
data yang diperoleh dari hasil tes belajar siswa dianalisis untuk mengetahui
pencapaian ketuntasan belajar secara klasikal, yaitu jika
dari jumlah seluruh siswa mampu mencapai
Data
yang diperoleh dari hasil tes belajar juga dianalisis untuk presentasi tingkat
ketercapaian atau tingkat penguasaan belajar siswa dengan menggunakan rumus
berikut .
TH (%) =
(santyana, 2000).
M=
Dengan kriteria
ketercapaian siswa sebagai berikut:
80%
sangat tercapai
60%
tercapai
50%
cukup tercapai
40%
kurang tercapai
0%
sangat kurang tercapai
Untuk
mencapai presentase kenaikan hasil belajar siswa antar siklus dapat dihitung
dengan dihitung menggunakan rumus berikut:
P=
Keterangan:
Post
rate = rata-rata hasil belajar pada
siklus terakhir.
Base
rate = rata-rata hasil belajar pada
siklus sebelumnya.
P = presentasi kenaikan.
Sedangkan
data yang diperoleh dari angket diolah dengan cara menghitung jumlah seluruh
responden (siswa) yang memilih item-item yang tersedia. Kemudian jumlah
tersebut diubah ke dalam bentuk persentase dengan cara:
R
=
Keterangan:
R
= persentase responden (siswa) yang menjawab pilihan terhadap
suatu
pertanyaan.
P
= jumlah responden (siswa) yang memilih masing-masing item yang
tersedia .
F=
jumlah responden (siswa)
Share
0 komentar:
Posting Komentar